Rabu, 17 Juli 2013

minta lah yang paling tinggi,, yang paling baik yang paling bagus

Semoga tetap seperti ini
Ramadahan yang penuh keberkahhan, gerimis yang tak menderas dan tak juga kunjung usai
pagi ini aku harus berazaam yang baik,, hal baik dilakukan dengan cara yang baik
jangan iri jangan mengeluh sejengkal pun ,, coba tetap pada garis yang lurus wahai jiwa ku
biar angin menawarkan arah ,. tak usah kau turut jika ragu
bukan kah engkau yang berujar memotivasi mereka
...
minta lah yang paling tinggi,, yang paling baik yang paling bagus 

Selasa, 11 Juni 2013

perlu kamu

gunung punya cerita pada laut
ngarai simpankan rindu pada lembah
laut kirim kan pesan lewat ombak
lembah sampaikan rindu lewat kabut

lantas kemana jiwa pergi ? jangan pijakkan kaki pada gambut

angin mungkin berhebus bulan ini, di sertakan rinai yang hampir kering.


bahagiakah

apa arti kebahgaian itu ?
ceritakan..
haruskan penuh tawa ?
terbahak bahak.
ataukah penuh harta, melimpah ruah

apa arti kebahgaian itu
bagikan kepada ku.. cerita mu
haruskah, bersama
berdua ,, bertiga .. atau..

apa arti kebahagian mereka tahukah kamu

aku tak pernah risau karena bahagia menurut ku cukup
Alloh bersama ku .
#adzan asar 11 juni

Rabu, 29 Mei 2013

Tak pernah padam

bara yang kemarin belum jua padam
masih hangat, masih mengepulkan asap
meski langit telah menguyurkan hujan 
namun tak jua bisa padam
ku tawarkna angin
kukira ia sangup mengoyak, dan mematikan salah aku salah makin lama bara itu ingin hidup seiring angin ia ikut ku tawarkan malam kufikir ia akan takut lantas mengelap namun aku salah ia berang
semakin ingin terang bara yang kemarin, masih berasap hangat..
harus kah ku pijak, untuk mematikan nya ?
aku takut semakin menyala dan membakar raga #sore ardhi sutopo 29 mei selamat pagi
dari mu

Rabu, 27 Maret 2013

DIMAKAMKAN,,

jika harus ku semayamkan semua ke pusara 
maka ku biarkan
meletakkan semua dalam satu kubangan
tampa bunga atau wewangian

hanya kain putih di balutkan, dan segunduk tanah
tampa nisan

KEMARIN YANG TAK PUNYA NAMA

kamu pangil aku menemui mu
padahal aku hanya ingin menyapa mu
lantas pergi berlalu
kau ajak aku berlari, seolah mewarnai merangkai balon warna
baleho tak bernama

kamu pangil aku
lantas ku tawarkan roti
dan memakan sebagian nya
tiramisu atau vanilla

tak terdengar lagi bising pejalan
tak ada lagi keributan
semua terlalu lapang,

hujan,,jadi riang
semakin riang dan aku pula

hampir sekali lagi ku ulang-ngi ,, boneka 375 ribu ku beli , lantas ku buang ke kali
#kamu hanya tersenyum entah seolah tak mengerti,.





Selasa, 19 Februari 2013

magis

cukup syukur yang menemani, memenuhi semua yang telah silih berganti cukup syukur yang dilafazd kan 
berbuat yang terbaik berlaku yang baik ,,


magis ...
http://ijongisme.wordpress.com/2013/02/15/belum-waktu/
Mungkin sebab itu, kau memilih pergi. Menepi pada ujung paling sepi sebuah negeri. Tak ada hujan, tak ada harapan, apalagi kerinduan. Lantaran hidup ini hutan belantara yang rimbarimbun. Kaulepaskan talitali yang lama terhubung pada banyak perasaan. Hanya karena seringkali kau takut kembali, dan harihari seperti huruhara bising kota. Andaikata langit tak bertuhan, mungkin sudah kau sekap kehadirannya. Seolah resonansi yang merambat hatimu membawa jatuhripuh. Namun, tentu saja langit berawan itu akan menangis, menangis sepuasnya melihat kita tak berkata.

Seharusnya memang tak perlu menjadi kita. Saat kita belum siap menerima cuaca tak terduga. Bulan atau bahkan tahun bergulir pun seakan percuma. Kegamangan menjaga cinta adalah hampa. Ketika menyadari seluruh reaksinya menggasak sukma. Seperti kebanyakan pemabuk, kita pun akan mabuk pada yang tak nyata. Tak mengerti seakan syahdunya melihat pohonpohon meranggas. Betapa kau dan aku menari merapatkan jemari. Juga wajah menyungai sendiri, mendengar langkah dedaun yang bernyanyi. Seakan kau tubuhku dan kau rohku. Lagu singkat dari hempas angin bersimpuh rebah pada merahtanah. Semua seakan dimengerti tanpa berlamalama.

Tak seharusnya, sungguhpeluh pernah terbangun tubuh bernama kita. Bahkan ketika, hujan didahului pelangi. Lembahlembah randahpindah ke gunung. bergeming adalah harusnya, yang ringkuk dari liukmu. Dan dasarnya kita masih lemah, tak sanggup melepas ketas tunas melati seakarpun.

Dan sebab itu, kau melarangku. Menyebut namamu pada diamku. Sebab diam adalah keabadian tak bernama. Dalam kamar sepi kita kikuk, takluk pada sembilu masa lalu.

Pada pilihan lepas, kau pergi, aku menepi, kita sepi. Selanjutnya, Aku memilih mencintaimu dalam diam. Sebab suaramu begitu merdu nan syahdu. Tak patut aku mengganggu. Pada sapuan angin ingin, aku memilihmu dalam diam. Sebab belai tubuhmu begitu malu. Belum waktu aku memelukmu
Mungkin diam, sebab itu, kita berhenti. Kau dan aku dimiliki kita yang lain. Terkecuali Tuhan membebas waktu.