Kamis, 30 Desember 2010

dari kawan FLP

"Bulan, Dekaplah.."

Bulan..
Dekaplah wajah kesetiaan ku
Sebelum ku ucap jutaan rindu
Sebelum terungkap kegilaanku
Sebelum aku tertunduk
Sembunyikan sisi-sisi ku
Terurung, Hilang, Entah..
Tiada lagi serpih ku
Karena aku tak tahan lagi
Karena aku tak sabar lagi
Jangan biarkan aku berlari
Menari, menepis semua rasa ini
Aku ingin dekat dan bersama cahaya Mu selalu
Pada Mu setianya aku...
by mumu ai1



 "Bulan, Dekaplah.."

Bulan..
Dekaplah wajah kesetiaan ku
Sebelum ku ucap jutaan rindu
Sebelum terungkap kegilaanku
Sebelum aku tertunduk
Sembunyikan sisi-sisi ku
Terurung, Hilang, Entah..
Tiada lagi serpih ku
Karena aku tak tahan lagi
Karena aku tak sabar lagi
Jangan biarkan aku berlari
Menari, menepis semua rasa ini
Aku ingin dekat dan bersama cahaya Mu selalu
Pada Mu setianya aku...
by mumu ai1

menjelang senja

semenjak kita bercanda
serona wajah wajah merah muda tersemburat
cahya merah senja

menakala, cerita
asa terbentur rasa.

menantikah kita , pada episode selanjutnya
atau hanya sekedar, cemas..ragu ,
maha sutradara,bijaksana
mebuat naskah, plot alur, yang tak pernak kita duga
 aku menumbahkan rasa pada mu ,
 hampir sama sejak beberapa tahun silam
 ketika cahya nilam menyentuh keajaiban,

masih yakin kah , kita pada kebijaksanan Nya,
acapkalli kita cenderung tak percaya?
sandiwara sang langit
merengkuh dan menjajaki,,
 ,, jangan kita sangsikan
apa pun itu,
keabadaian bukan disini keabadaian ada nanti....





aku masih senang menulis warna mu..
melukis bayang mu atau sekedar mengucap nama..
setidaknya itu yang ku tahu

epilog dari kawan

*Epilog Bulan 12***

*oleh: yons achmad*

*untuk niluh*

* *

Kita menang niluh..

Sebab  berhasil mentertawakan diri kita sendiri

Kepada hidup yang memang kadang nyaris di ujung

Namun, lagi-lagi kita bisa melewatinya

Seperti para pejalan kaki yang setiap hari melawan maut



Kini saatnya kita mengakrapi usia

Tentang diri kita yang semakin tua

Semacam pohon yang bergantung

Di akar yang rapuh



Kita memang bukan siapa-siapa

Dan, tidak benar-benar ingin bersama

Kau punya masa lalu yang tak kumengerti

Aku punya masa silam yang tak kau pahami



Tapi setidaknya kita pernah berjanji

Tak akan pernah mengubur sejarah

Ia bukan untuk dilupakan, tapi dikenangkan



“Hidup kita aneh ya” Itu katamu senja itu

Kata itu memang tak perlu jawaban

Cukup menjadi bagian dari dongeng kita

Yang kita tahu setiap rahasianya



“Jalan memutar” kau juga menanyakan itu

Sebenarnya itu bukan benar-benar keinginan

Justru, aku menginginkan jalan lurus tanpa kelok

Tapi, sayang belum juga kutemukan

Hidup berjalan terasa pelan



Seperti juga ketika kau merindu sosok ayah

Sosok yang selama ini tak kau temukan

Kau hanya bisa memimpikan, sekali saja

Dia cium kening manismu...



Memang begitulah, kadang hidup tak menyediakan

Semua yang kita inginkan. Tapi hidup mesti terus berjalan

Pada akhirnya, hanya ada satu pilihan

Kembali ke rumah Tuhan

Mata air kedamaian



Halim Perdanakusuma: 30 Desember 2010

Minggu, 26 Desember 2010

di ujung sepi
masih ku menerka senja hari
menghianati'
janji hati
sekedar menyapa dan menundukan rasa iri

pada matahari yang selalu senyum menski bulan menghianati

Selasa, 21 Desember 2010

 
 not with me
Titz
I'm walking up from my summers dreams again
try to thinking if you're alright
then I'm shattered by the shadows of your eyes
knowing you're still here by my side
*reff:
I can see you if you're not with me
I can say to my self if you're OKAY
I can feel you if you're not with me
I can reach you my self, yuo show me the way

life was never be so easy as it seems
'till you come and bring your love inside
no matter space and distance make it look so far
still I know you're still here by my side
back to *reff

Bondan:
yea..you've made me so alive ,you give the best for me..love and fantasy
yeah..and i never feel so lonely, coz you're always here with me..yeah..always here with me
back to *reff
I'm walking up from my summers dreams again
try to thinking if you're alright
then I'm shattered by the shadows of your eyes
knowing you're still here by my side
take give me
sedikit link dari hati, mencoba memaknai nurani 
meski sediki tapi penuh arti...  
lari sejauh batas kaki, teriak sampai nafas mu tersentak
tak terbatas imajinasi sederhana jadi lah bintang yang maha tinggi...

Senin, 13 Desember 2010

ambigu kamu an

;ah,,kok dia sms
meski tidak diharpkan tapi hati ini tersenyum riang
apa yang dia tanyakan berbeda denga pa yang di debarkan,heeemm?
lantas, ngawur aja aku ungkapan yang penting asal ngena
ngena apa aja yang ku bisa ngenain di rinya juga boleh,,
bukan rahsaia lagi , kata mereka...
tapi kuanggap masih misteri,, "rindu ambigu",,
kata si ais asyah ,
perlukah aku berteriak sekarang pada mu kawan
ngak , ahhh,,, aku ragu,,
bukan kecewa yang ku takut, bukan !!
bukan tidak berani , tapi aku belum berani kosekuensi atas perkatan yang akan kupertanggung jawabkan 
DUNIA AKHERAT...
tapi ada yang hilang dari dirimu kawan ?
entah apa aku mulai hambar,,mungkin karena doa doa ku terijabahkan !

Minggu, 12 Desember 2010

 sedikit
jemu juga aku
menunggu,
siapa tapi yang di tunggu..
sekawan menyelam serumpun tengelam
    bukan tak berakit aku bersandar
    bukan tak berkayuh aku menepi
    SEDIKIT,,
    mungkin kau kurang bersyukur?
     

Selasa, 30 November 2010


aku kambuh lagi
Saat kau baca lirik ini, ada niatan ku kembali mengukir sebuah langkah baru pada malam yang sepi beradu. Mengulurkan kembali goresan pena yang telah lama menjauh pergi. Inspirasi.
Saat ku tulis cerita ini resah mengikis, bimbang, bisingnya teriakan hingga legam.
Menjawab sebuah pertanyaan yang sama yang ku ajukan tampa ku unjukkan jari.
Aku masih riang, dalam siang dan malam dengan cara ku sendri
Aku masih yakian
Mampu membuat pelangi, dengan penku sendiri tampa harus mengemis pada mu bidadari.
By: yuli ard

Ka u bidari hati nyata  By: yuli ard
Kau kutuju
Tiap Tanya ku,
Menyeru, mengiyakan ku
Kau ku harap kan penat sudah mengerak
Suguhkan secangkir teh hangat,
Tertatih menghilang aku jadi putih, sekejap
Membingkai impian menggantung kan di ketinggian
 adakah ujung’nya
berbahagia seprti bintang, cerah juga layak bulan
di mana ku kini ? kawan ku bayang
segengam harapan yang tertanam
masih perlu ku siram, ku siangim
sampai saat nya tiba di ujung sebuah telaga
dan surya lelah menyapa pada bayang setia tapi tak pernah nyata

Kamis, 25 November 2010

kutitip puisi
dengarkan lah suara hati
sedikit tundukan dan rebah lah dalam
rasakah
derapnya,lembut membahana
alur nya dawai mengoda
terpuncuk suar cinta
untuk mu bidadari syuarga
by:yui

Selasa, 23 November 2010

dari seorang kawan

Saat Hujan"

Hujan..
Ada hujan bersama ku
Juga di sisimu
Saat kita tertunduk dalam taat...
Pada sang CINTA
Kepada maha CINTA inginku membara
Hanya pada CINTA..

LOVE... need you always,
Dan seperti sudah ada pada garis edarnya
Setelah hujan menjadilah dada langit kita lebih luas dan terang,
Kemudian terbitlah pelangi di hamparan hati,jiwa, dan diri..

By:mumu ai1

Minggu, 21 November 2010

untuk sebuah nama

apa hidup melulu terkukung rindu
membuai nama mu
dalam hayal image ku
apa hidup melulu
melafal dan mengeja
nama yang tak pernah terhantar dalam waktu
apa hidup melulu
membikin jemu..karena kamu

UNTUK MUJAHID MUDA

Ya Rasulullah, apa yang harus dilakukan para pemimpin ?
"Membela yang lemah dan membantu yang miskin" jawab Nabi.

Ya Rasulullah, apa yang harus dilakukan ulama ?
Memberi contoh yang baik dan mendukung pemimpin
YAng membela orang - arang lemah" jawabnya

Ya Rasulullah ... apa yang harus dilakukan orang-orang lemah dan miskin ?
"Bersabarlah, dan tetplah bersabar
Jangan kau lihat pemimpinmu yang suka harta
Jangan kau ikuti ulamamu yang mendekati mereka
Jangan kau temani orang-orang yang menjilat mereka
Jangan kau lepaskan pandanganmu dari para pemimpin dan ulama yang hidupnya juhud dari harta"

Ya RAsulullah... Pemimpin seperti itu sudah tidak ada
Ulama seperti itu sudah menghilang entah kemana
Yang tersisa adalah pemimpin serakah
Yang tertinggal adalah ulama-ulama yang tama'
Banyak rakyat yang mengikuti keserakahan mereka
Ummat banyak yang meneladani ketamakan mereka !
Apa yang harus aku lakukan, Ya... RAsulullah !
Siapa yang harus aku angkat jadi pemimpin ?
Siapa yang harus aku ikuti fatwa-fatwanya ?
Siapa yang harus aku jadikan teman setia ?

"Wahai ummatku...
Tinggalkan mereka semua
Dunia tidak akan bertambah baik sebab mereka
Bertemanlah dengan anak dan istrimu saja
Karena Allah menganjurkan, "Wa 'asiruhunna bil ma'ruf"
Ikutilah fatwa hatimu
Karena hadits mengatakan, "Istafti qalbaka, wa in aftaukan nas waftauka waftauka"
Dan angkatlah dirimu menjadi pemimpin
Bukankah, "Kullulkum Ra'in, ea kullukum masulun 'an ra'iyyatihi ?"


Kembali Ke Atas
Wajahmu
(Kitab Cinta Rumi)


Sabtu, 20 November 2010

dari ku

Malam yang Sunyi

Di malam yang kian hening
Di tengah dingin yang menusuk kulit
Membuat hati tak bisa bergeming
Menghadapi cobaan yang kian membelit
Di tengah malam yang sunyi
Di kegelapan yang kian sepi
Ku ingin teteskan air mata
Menghadapi kesedihan yang terus menerpa
Tapi kupercaya
Dialah satu-satunya yang Maha Kuasa
Yang bisa menentramkan jiwa
Menenangkan hati yang berduka
Aku tak ragu
Dialah satu-satunya yang Maha Tahu
Selalu terjaga dan tak pernah tertidur
Melindungi hamba-hamba-Nya yang bersyukur

belum usai

Ika Nurliana PDF Cetak E-mail
Ditulis Oleh Administrator   
Sunday, 16 March 2008
Apa kabar penjuru hatiku?
Masih ada luka menganga di satu sisinya CENDERAMATA

Apa kabar penjuru hatiku?
Masih ada luka menganga di satu sisinya
Tetes darah telah larutkan asa
Bulir semangat lenyap bersama keringat
Keluar dari pori, tinggallah kering hati
Hingga derita animea dan dehidrasi
Lelah aku mencari penawar letih
Duduk tergugu dalam temaram lampu
Sampai datang kilau permata
la merengkuh jasad menebar di kalbu
Lalu diam di sana
Akankah tertinggal sebagai cenderamata?
PRASASTI

Kudayung sampan menepi pantai
Kutambat tali di sebongkah batu
Menyusuri tepi dengan kaki telanjangku
Meninggalkan jejak terjilat ombak
Terhapus tapak tertinggal kenangan
Masa berlalu tanpa kuasan kanvas
Merelakan kisah tanpa prasasti
Asa mengajari duduk di depan batu
Memahat kisah, mengambil hikmah
Mengabarkan cerita hatiku

MISTERI

Kuajak jiwa berkelana dengan bekal sebatang pena
Telah terhidang secarik kertas putih di tepi jalan-Nya
Kutoreh kisah, edisi baru tentang hatiku
Enyahkan segala lara yang pernah ada,
Takkan lagi kubuat salah yang sama
Kukuak misteri hati, kuselami dalamnya cinta
Untuk kembali direnungi satu masa kelak


PINTU KALBU

Kuketuk pelan pintu rapuh
Terdengar suara tak semerdu dulu
Tiap kusentuh permukaan, bulir luruh
Aku tertegun, urung masuk
Kubuat keputusan
Sebelum kurenovasi daunnya
Kuperbaiki engselnya
Kupasang kuncinya
Hingga ia berfungsi selayaknya
Tak berani aku menghuni ruangnya

EPILOG

Sejuta kisah telah habiskan tinta
Berentet cerita keringkan kantung mata
Akankah sia belaka
Ataukah berakhir di dermaga
Arungi bahtera dengan mahligai
Epilog cinta menanti

kan kku buat sedikit cerita tentang aku,kamu dan semu cerita yang tak pernah di bicarakan

Angga Adhitya
Ditulis Oleh Administrator   
Sunday, 16 March 2008
Ada keluh menyusupi pori-pori beton yang menghunjam tanah
bersama resah menggerogoti tulangannya.... Rintih Rerumputan I

Hijau lari pergi
dikejar kuning, tetap, pasti dan harus
meski bukan senja
pucat, layu, semu

sesendu hitam memagar makam
segetir segala pahit
sekarat semua racun
dibunuh puluhan sedih mendidih
lambai berganti seringai
leceh leceh leceh
ludah ludah
darah
mati
Rindu

Suatu sore
Saat hujan yang turun berwarna merah
titiknya kembali melukis kenangan di tanah
basah

Meringsut, satu jiwa di sudut sepi
Sampaikan irinya pada mega
memandang warna terpadu romansa
pikirnya membayang
dua jiwa berjumpa di pinggir kenangan yang tak teraba
kais semua sisa milik mereka
entah itu asa
apa cinta

Rasa Tentangmu

Kau hanya segelintir rasa yang memaksa
Mendesak dalam dada
yang penuh sesak dengan sakit yang berkerak

kau hanya suara yang terselip
di antara sempitnya hati oleh bisingnya jerit
sakit

kau kini kabut
hanya bisa berikan dingin
tak bisa menjelma jadi lain
tidak,
tidak walau hanya untuk menjadi rindu yang memudar bersama rona senja ditinggal mega


Rintih Rerumputan II

Bila pagi mereka basah kau pikir apa
Bukankah tak pernah kau temui malam yang senyap sungguh
Meski tak hujan
Meski tak ada jangkrik berisik
           Tak pula kodok mainkan sandiwara orkestra

Ada keluh menyusupi pori-pori beton yang menghunjam tanah
bersama resah menggerogoti tulangannya

Ada kesal pandang gadis-gadis bodoh terbalut Sophie Martin di mal-mal gemerlap lampu
Ada bingung dengar badut-badut S3 membodohi diri sendiri

Maka muaklah kita dengan semua
Maka muaklah kau dengan dirimu sendiri
            Aku dengan diriku sendiri
Lalu mulailah mencari
Dengan berjalan tegak meski harus melumuri jalanan dengan darah
- mu sendiri
- ku sendiri
hingga setan-setan pun seperti layu saat kau meremas rayu-nya
lalu diam dan dengarlah
karena
ada
ada, masih ada yang lain
sesuatu yang sulit terdengar
ada basah rintih rerumputan dibawah purnama dijemput mega
Rintih Rerumputan III

Kucoba teriakkan pada rembulan
apa yang tak mereka katakan
meski hanya sayup
di tengah mendung yang buatnya redup
belum lagi sudah
masih gelisah
masih utuh
belum lagi luruh
rintihnya
bersanding seroja yang lupa bagaimana untuk berbunga
seperti kulupa melupakanmu
pagi ini dan nanti
suatu waktu dimalam itu



Puisi Semalaman

Tergantung di langit
Awan menggumpal bersela
Bintang-bintang mengintip di antara
Kadang berkerlip, sembari malu diselip

Kupu-kupu tergugu
Saat pandang binar seribu

Bertabur putih berbutir
Laju terjunnya namun lahan nampak

Saat angin mainkan rambut
Pelangi Hilang Warna

Dulu surya bilang padaku
Kau itu merah
Kau itu ungu
Kau itu biru
Kau itu hijau
Hingga aku dulu pun bingung kau itu apa
Surya bilang sih, kau pelangi
katanya
tapi kenapa kini yang kulihat hanya kelabu sembunyi di balik awan kelam
tak berani muncul jika malam belu datang

padahal

Angin masih yang dulu
Langit masih yang dulu
Mentari masih yang dulu
Awan masih yang dulu
Pun masih berbuah hujan

Apa karena
Rumput di sana tak lagi hijau
Apa karena
Burung-burung berhenti berkicau
Apa karena
Semua puji kini jadi ceracau yang kacau
Lalu bermuntah galau

Ohh… sungguhkah semua itu membuatmu risau

kerdil
Dangkal
  Bodoh
Hanya karena ini semua
kau jadi pelangi hilang warna

Ayolah,!

Izinkan aku menulis puisi

Reretak tanah kemarau kering
Rerimbun daun berayun
Riuh gemuruh guruh
Kilau melukis sore
Cahaya di sesela daun
Liuk sayap burung
Berkas membekas batas
Resah selusupi hati yang sendiri
Ranting kering
Tangis sela daunan
Kelupas kulit pohonan kaku
Kering rumput enggan mati
Berisik bisik mekar anggrek tiga warna
Riang sejuta rasa sejuta makna
Ujung jalan suatu sore

Izinkan aku menulis puisi

biar kuisi waktu sendiri,
waktu kau pergi
waktu kau tak di sini
saat mereka mencaci
saat mereka mencari
  saat mereka mengataiku banci
kalau mereka mundur
kalau mereka hancur
  kalau mereka akhirnya melacur

Izinkan aku menulis puisi

Sewaktu ibu tak mau jadi ibu
Karena bapak tak mau jadi bapak
Sehingga bayi tak sempat menjadi bayi

Izinkan aku menulis puisi

Setiap kali kurasakan kau menahan perih
Saat terkadang ku tahu rindu
Ketika kusadar kau sungguh cinta

Izinkan aku menulis puisi

Izinkan aku, Bunda.
Tentang Seseorang

Wajahmu oh rembulan
Kau sembunyikan di balik awan
Di balik reranting basah oleh hujan yang senyap diujung kemarau

Kulalui hariku dengan menggamit namamu dalam tiap keping sajakku yang retak oleh waktu
Muncul dalam hitam kelam pena
dalam gemetar tanganku
Tanpa pernah tahu dan mau tahu siapa engkau
Oh kekasih pilihan tuhan

Hanya kuyakin kau akan mengusap tiap leleh
Kau akan membelai setiap perih
Kau akan menambal setiap retak
mata
hati
tulangku

Oh romansa di balik purnama
Engkau dalam kenangku

saat sayap kupu mengatup/lelah menanti bunga tak jua mekar/hujan pupus rindu setengah musim/bintang sendiri/bulan berubah/cintaku hilang/kau bawa pergi bersama sejuta kenang/juga tiap sayat dan perih/tersisa resah dalam desah/yang dulunya pun ingin kau telan sendiri
Rosa

Bias Kemuning
Sayup rintih leluka yang bercermin pada rembulan
Rintik harihari
Menggiring kebanyakan rindu ke ujung kebencian pada malam yang berjatuhan
Cinta terpaku pada sunyi
Tak terbahasakan oleh semua lingua
Tak pula isyarat
Meski hanya terbata


Sandiwara Sore

Percik
Hujan menyudahi sore yang bersandiwara
Keinginjumpaan didendangkan kekakuan
Pada tiap helai daun yang menari dingin
Melukis harap, cemas, takut
Rindu
Mencoba mengeja cinta yang segera kau tikam dengan cinta pula

Bila kuncup mekaran bunga?
Menanti surya gamit purnama


Bulan Sabit Gundah

Buram tentu tak terlihat dalam kelam
Hanya hitam malam
Geram